Kepiting hutan Papua ini dibeli suamiku ketika sedang bertugas ke site. Biasanya beliau membeli di Babo, Papua. Kepiting disana sungguh muraaah, ada yg betina telur dan jantan. Ukurannya besar, terutama yang jantan, dikemas dalam kardus, masing2 kepitingnya sudah terikat bagian capitnya dan masih hidup (kecuali ada yang kegencet, jadi sudah mati dulu T_T ). Entah menjadi berapa rupiah harganya jika dijual di Jabodetabek, o em ji.
Sebelum2nya, sebelum dimasak, kepitingnya aku masukkan dalam ember lalu kusiram air mendidih untuk mematikan kepiting, kemudian aku buang airnya dan siram terus-menerus sampai dirasa cukup bersih, baru disikat satu-persatu, ke dalam sela2, sampai bersiiiiih. Untuk 10 kepiting, bisa memakan waktu kurleb 1jam-an, sampai tanganku pun terluka. Ribet banget deh pokoknya.
Nah.. untuk kali ini, atas saran kakak iparku yang mendapat tips dari penjual seafood, disarankan untuk 'mematikan' kepiting dengan 'dicutik/dicukil/whatever bahasa indonya yang baik (hehe)' pada bagian bawah kepiting yang berbentuk mirip segitiga. Sepertinya itu bagian insang kepiting ya...
Alhasil petualanganku dimulai... Diawali dengan kepiting betina telur dulu, pertama2 masih kagok sambil sedikit teriak, tidak tega dan beberapa kali 'meminta maaf' pada kepitingnya, sempat bergantian juga dengan suamiku, beliau juga berulang kali bilang 'afwan ya.. afwan ya..' lalu tetap tugas tersebut diserahkan padaku kembali, oh No.. Kubalik kepitingnya yang sempat 'berlari' kesana kemari, akhirnya aku ambil serbet, kubalik lagi, kaki2 dan capit sisi kiri kututup menggunakan serbet, lalu dengan menggunakan pisau, kutekan bagian segitiga bawah kepitingnya, lalu setelah terbuka, baru kulepas dengan tangan!! satu, dua, tiga dan seterusnya, lama2 aku bisa melakukannya dengan cepat, sampai suamiku kaget banget. Sampai akhirnya kepiting betina pun ditaruh di ember pink, lalu di bawa suamiku untuk dicuci berulang kali di kamar mandi.
Nah.. eng ing eng.. giliran yang jantan, nyaliku sempat ciut melihat penampakkannya, sambil sedikit teriak... lha gimenong ga teriak, ukuran pejantan kan gedee, belum lagi ukuran capitnya... Untuk 'menghadapi' si jantan ini, aku tidak menggunakan 'bantuan' serbet, tapi menggunakan handuk huhu. Pertama2 susah, karena ukurannya besar dan berat, sempat luput ketika dibalik, kaki2nya yang agak tajam 'mengganggu' tanganku, tapi Alhamdulillah aku bisaaa!! Caranya ya sama seperti menangani yang betina telur, sampai akhirnya aku bisa cepat melakukannya. Lagi2 suamiku kuaget karena melihat sudah ada beberapa kepiting jantan masuk di ember biru, heaxxx... Hasilnya, ada 20 kepiting yang berhasil kutangani, Alhamdulillah...
Ini foto2nya, ukuran aslinya lebih besar daripada di foto... Sekarang kepiting2 tersebut sudah 'ayem' di freezer kulkasku. Entah akan kumasak menu apa. Kalo biasanya sering kumasak kare kepiting khas Suroboyo rek, ingin coba menu lain, tapi masalahnya untuk ukuran wajanku, hanya bisa menampung 2-3 kepiting nih... apa bisa bumbu meresap rata ke dalam kepiting jika dimasak kepiting saos padang, lada hitam? Kalo punya wajan seukuran wajan penjual nasgor, lain cerita kali...
Sementara untuk kare kepiting kan yang ditumis cuma bumbunya, kepitingnya dimasukkan panci besar... Biasanya untuk memasak kare kepiting, bumbu yg kugunakan banyak sekali, karena ukuran kepitingnya sangat besar, memasaknya pun bisa 2x... dimasak dlm 2 panci berbeda.. karena tidak bisa muat dalam 1 panci besar..
No comments:
Post a Comment